TUGAS
MANAJEMEN AGRIBISNIS IKAN LELE
MANAJEMEN AGRIBISNIS IKAN LELE
DI SUSUN OLEH
:
Nama : YOGO TULUS PRASOJO
NIM : B.0111.010
Jurusan : AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2012
Latar Belakang
Ikan lele merupakan
salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh
masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat
karena:
1) dapat
dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas
2)
teknologi budidaya relatif mudah dikuasai
3)
pemasarannya relatif mudah
4) modal
usaha yang dibutuhkan relatif rendah
Budidaya
Lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1m - 800m dpl.
Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik,
artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air,
budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian di
atas >800m dpl.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun
pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik.
Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan atau
pun lahan marjinal lainnya. Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air
sumur (air permukaan atau sumur dalam), atau pun air hujan yang sudah dikondisikan
terlebih dulu.
Parameter
kualitas air yang baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai
berikut:
·
Suhu
air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 220-320C.
Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu
makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
·
pH
air yang ideal berkisar antara 6-9. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1
mg/l.
·
Budidaya
ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam
tanah. Dalam Budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah
pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.
1. Struktur Manajemen
Budidya Lele “Mantap Tenan”
didirikan dan dimiliki oleh 4 orang dengan
struktur sbb:
·
Tarsisius Lukman sebagai General Manager yang telah
punya banyak pengalaman dalam berbisnis yang bertanggung jawab pada controlling
manager serta pengembagan usaha.
·
Emy
Puspitasari Sebagai Manager Keuangan yang memiliki kemampuan ekonomi
dan akuntansi berbasis syariah yang cukup memadai.
·
Nina Aisyah sebagai
Manager Administrasi & HRD yang bertanggung jawab pada kepegawaian, keamanan kolam dan
rencana pengembangan usaha.
·
Nidaul Hasanah sebagai Manager Resource Development yang bertanggungjawab pada
pembesaran lele yang meliputi pembelian benih lele, proses pembesaran lele,
antisipasi & penanggulangan penyakit serta link penjualan ketika lele sudah
besar.
Kami
berempat sudah komitmen untuk menjalankan dan mengembangkan bisnis ini dengan
sungguh-sungguh, setiap dari kami memiliki keunggulan masing-masing di
bidangnya sehingga menjadikan kami tim yang saling melengkapi, solid, amanah
dan bertanggung jawab.
2. Visi dan Misi
3.1 Visi
Menjadi satu-satunya perusahaan yang bergerak di
bidang peternakan lele yang berkualitas, adil dan profitable.
3.2 Misi
a. Menjadi
salah satu perusahaan yang menyuplai kebutuhan lele di daerah Jakarta dan
sekitarnya
b.Membudidayakan
lele yang berkualitas tinggi, sehat dan murah
c. Menjadi
unit UKM yang mampu mensejahterakan masyarakat
3.
Faktor Kunci Sukses
Kunci keberhasilan bagi Budidaya Lele ”Mantap Tenan” adalah :
- Budidaya menggunakan bibit lele sangkuriang yang
merupakan bibit unggul di daerah Jakarta
- Keadaan kolam yang strategis yaitu di tengah
perkampungan dan cukup luas sehingga mampu menampung banyak lele.
- Manajemen
keuangan dan sumber daya manusia yang profesional
- Disiplin dan bertanggungjawab dalam melaksanakan
setiap pekerjaan yang ditanggung
4.
Gambaran Umum Usaha
Kami adalah perusahaan yang bergerak dalam budidaya lele.
Kami memiliki sumberdaya-sumberdaya manusia yang handal dan memiliki
kapabilitas di dalamnya. Dari mulai menejerial, pengembangan, dan teknis
lapangan.
Untuk tenaga ahli kami memiliki orang yang sudah sangat
berpengalaman baik secara teori maupun praktek dilapangan yang kami peroleh
sebagai keterampilan yang diwariskan oleh keluarga kami yang sudah mengelola
usaha ini turun temurun sehingga sudah tidak diragukan lagi kemampuan dan
pengalaman kami dalam budidaya dan pemanfaatan lele ke depan.
5.
Analisis Pesaing
6.1 Pesaing
Banyaknya petani yang membudidayakan lele di daerah
sekitar Jakarta tetapi tidak membuat kami pesimis karena faktanya lele yang
dikonsumsi sehari-hari masih disuplay dari Jakarta sehingga suplay dari Jakarta
sendiri masih kurang.
6.2 Resiko atau Hambatan
Resiko yang dipertimbangkan dalam memulai dan
mengembangkan usaha ini adalah :
·
Hama penyakit yang ada ketika budidaya berlangsung.
·
Tingkat mortalitas yang tinggi.
Kedua resiko ini dapat diminimalisir dengan cara
perawatan yang baik dan benar oleh ahlinya.
6.
Analisis SWAT
·
Kelebihan
1. Masih
tingginya permintaan pasar terhadap lele terlihat dari mahalnya harga lele di
pasar.
2. Suplay
lele yang berasal dari luar Jakarta terutama lele dari luar kota
3. Semakin
banyaknya peminat ikan lele dilihat dari berkembangnya warung pecel lele
·
Kekurangan
1. Jauhnya
jarak antara tengkulak dengan tambak menambah biaya transportasi.
2. Angka
penyusutan penjualan yang dikarenakan jauhnya jarak ke tengkulak sehingga
banyaknya lele yang mati membuat pengurangan nilai produksi.
·
Ruang kesempatan yang tersedia
1. Banyaknya
penjual lele di pasar menjadi nilai tambah karena berarti lele masih mudah
dalam pemasaran.
2. Belum
banyaknya pengembangan hasil produk pakan berbahan dasar lele menjadi wilayah
olah sendiri.
·
Hambatan dan penanggulangannya
1. Banjir
menjadi ancaman besar terhadap segala jenis tambak tidak terkecuali lele. Untuk
itu sudah jelas kami mencari lahan yang aman dari banjir.
2. Hama
seperti luak dan ular menjadi penting untuk dikhawatirkan karena dapat menurunkan
jumlah produksi. Untuk itu kami menanggulanginya dari membuat pagar hingga
mengadakan jebakan guna mengurangi jumlah kerugian yang dihasilkan karena
kemungkinan terserang oleh hama ini.
3. Penyakit
juga biasa meyerang perikanan. Untuk itu kami menganggap penting untuk
menganalisis kualitas air dan kemungkinan tumbuhnya penyakit dikarenakan adanya
bibit penyakit, juga persiapan lahan
yang matang menjadi salah satu faktor pendekatan terhadap penyerangan penyakit ini.
Kami juga mengadakan pemeriksaan rutin terhadap lele dikarenakan kemungkinan
terserang wabah juga besar sehingga penting untuk segera ditanggulangi
·
Analisis pengembangan
1. Karena
permintaan pasar masih sangat tinggi terhadap lele, untuk pengembangan lahan
dalam jumlah besar pun masih dirasa memungkinkan. Dengan diciptakannya
frenchise peternakan lele yang nantinya kita hanya bermodalkan bibit yang kita
produksi sendiri sehingga kita dapat menjual hasil bibit, peralatan dan pangan
terhadap orang yang mengikuti frenchise kita.
2. Menciptakan
pasar sendiri juga dinilai penting guna melewati batas equlibrium penjualan
dengan cara mengolah hasil pembudidayaan. Jadi produk olahan yang dapat
dikonsumsi secara instan yang tenaga ahlinya diambil dari Institute Pertanian
seperti tim ahli pembudidayaan yang juga kami ambil dari perguruan tinggi
tersebut.
3. Menciptakan
momentum dan prestis dari produk lele, juga menjadi trik marketing kami. Dengan
trik ini tertancap pada benak konsumen bahwa lele merupakan makanan yang
bernilai tinggi.
7.
Analisis Keuangan
8.1 Modal
Ada dua jenis pengeluaran dalam bisnis lele,
biaya awal dan biaya operasional. Perincian biaya awal dan biaya operasional
antara lain sebagai berikut:
-
Biaya Awal
Biaya awal adalah biaya yang hanya dikeluarkan satu kali, perinciannya
sebahai berikut:
- Biaya Operasional
Biaya operasional dibagi menjadi 2 yaitu biaya operasional awal dan biaya
operasional berjalan. Pada masa pembesaran membutuhkan biaya operasional awal
dan biaya operasional berjalan, sedangkan pada masa peternakan hanya biaya
operasional berjalan.
No
|
Nama
|
quantity
|
satuan
|
harga satuan
|
Total
|
|
Biaya operasi awal
|
|
|
|
|
1
|
lele pembesaran
|
72000
|
ekor
|
Rp 250.00
|
Rp 18,000,000.00
|
|
Biaya operasi berjalan
|
|
|
|
|
1
|
upah pekerja
|
2
|
bulan
|
Rp 600,000.00
|
Rp 1,200,000.00
|
2
|
kapur
|
2
|
sak
|
Rp 4,000.00
|
Rp 8,000.00
|
3
|
garam
|
25
|
kg
|
Rp 1,000.00
|
Rp 25,000.00
|
4
|
pupuk
|
64
|
kg
|
Rp 10,000.00
|
Rp 640,000.00
|
5
|
pelet
|
188
|
sak
|
Rp 200,000.00
|
Rp 37,600,000.00
|
Jumlah
|
Rp 57,473,000.00
|
Sehingga
modal yang dibutukan meliputi:
Biaya Awal + Biaya Operasional =
Modal
Rp 6,090,000.00 + Rp 57,473,000.00 =
Rp 63,563,000.00
8.2 Keuntungan
Dari investasi awal tersebut maka dapat dihitung cash flow (dengan
asumsi bahwa minimal lele panen 5 kali dalam setahun dan jumlah tingkat
kehidupan hanya 70% yang nantinya dapat kami tekan hingga dibawah 8% karena
kami memiliki sumber daya yang mendukung)
Maka Keuntungan bersih yang didapat pada panen pertama
adalah
=
Keuntungan – modal awal
= Rp 79,200,000.00 - Rp 63,563,000.00
= Rp
15,637,000.00
Jadi terlihat pada panen pertama saja kita sudah dapat
balik modal dan bahkan sudah memiliki keuntungan sebesar = Rp 15,637,000.00
Pada panen kedua dan ketiga keuntungan bersih yang
didapat persekali panen adalah
=
Keuntungan – Biaya operasional total
= Rp 79,200,000.00 – Rp
57,473,000.00
= Rp
21,727,000.00
Keuntungan bersih yang
didapat pada periode panen kedua dan ketiga adalah sama yakni sebesar = Rp 21,727,000.00/panen.
Pada panen keempat dan kelima keuntungan bersih yang didapat persekali
panen adalah
= Keuntungan – Biaya operasional total
= Rp 79,200,000.00 – Rp
39,473,000.00
= Rp
39,727,000.00
Keuntungan bersih yang didapat pada periode panen keempat
dan kelima adalah sama yakni sebesar = Rp
39,727,000.00/panen.
Sehingga keuntungan bersih pertahun adalah akumulasi keuntungan bersih
pada:
= Panen
Pertama + Panen Kedua + Panen Ketiga + Panen Keempat + Panen Kelima
= Rp 15,637,000.00 + Rp 21,727,000.00 + Rp 21,727,000.00
+ Rp 39,727,000.00 + Rp 39,727,000.00
= Rp 138,545,000.00
Keuntungan
ini merupakan perhitungan minimal karena kita menghitung tingkat Mortalitas
(kematian) sebesar 30 %, pada kenyataannya mortalitas dapat diminimalisir
sampai 8 %.
8.
Profit Sharing
Pembagian
hasil antara pengelola dengan investor adalah 60 : 40
Jika
investor hanya sebagian maka perhitungan profit sharingnya adalah :
Contoh:
Jadi, Investor
mendapatkan keuntungan setiap = Rp 1,000,000.00 sebesar = Rp 784,673.47 setiap
tahunnya sehingga dana yang dikembalikan kepada investor jika investor tidak
mau memperpanjang kontraknya sebesar = Rp 1,748,600.00.
Lampiran
I
Foto
referensi kolam yang akan digunakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar