MAKALAH
PENGANGGURAN
DI INDONESIA
DI SUSUN
OLEH :
Nama : YOGO TULUS PRASOJO
NIM : B.0111.010
Jurusan : AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama ini
Pemerintah telah berhasil mengurangi jumlah Pengangguran, Tingkat Pengangguran
terbuka sesuai catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Pebruari 2008, turun dari
10.547.917 orang pada Februari 2007 menjadi 9.427.590 orang pada Februari 2008.
Namun dengan terjadinya krisis keuangan Global saat ini, diperkirakan jumlah
pengangguran akan meningkat akibat banyaknya terjadi PHK, para penganggur ini
dapat dimanfaatkan oleh Kelompok tertentu untuk menciptakan instabilitas
keamanan, guna mencapai tujuan mengambil alih Pemerintahan secara
Inkonstitusional.
Melemahnya
pasar internasional akibat krisis ekonomi global telah berdampak pada sektor
riil Indonesia terutama industri yang berorientasi ekspor yang banyak menyerap
tenaga kerja, seperti industri garmen, sepatu, elektronik, pertambangan
industri kayu, minyak kelapa sawit mentah (GPO), dan karet. Dewasa ini sektor
industri nasional tidak hanya menghadapi masalah penurunan harga jual dan
permintaan, tetapi juga menghadapi masalah peningkatan biaya bahan baku
khususnya impor akibat merosotnya kurs rupiah, sehingga tidak ada pilihan bagi
industri nasional selain mengurangi volume produksi yang berdampak pada
pengurangan tenaga kerja baik dengan melakukan PHK maupun merumahkan sementara
karyawan.
Berdasarkan
data yang tercatat di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi hingga 5 Januari
2009, jumlah karyawan yang telah di PHK dan rencana untuk di PHK, serta
karyawan yang telah dirumahkan, maupun rencana untuk dirumahkan, cenderung
meningkat dibanding November 2008. Pada 5 Januari 2009 jumlah PHK diseluruh
Indonesia tercatat 24.425 orang atau meningkat dari 16.988 orang pada November
2008 dan jumlah karyawan yang direncanakan terkena PHK 25.577 atau meningat
dari 23.927. Sedangkan jumlah karyawan yang telah dirumahkan sebanyak 11.703 atau
meningkat dan 6.597 dan rencana karyawan yang dirumahkan pada 5 Januari 2009
mencapal 19.391 orang atau meningkat dan 19.091 pada November 2008. Karyawan
yang terkena PHK dan dirumahkan tersebar di beberapa daerah antara lain DKI
Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Maluku, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Riau, Sumatera Selatan dll. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia
(Apkindo), Sofyan Wanandi mengatakan hingga pertengahan 2009 diperkirakan akan
terjadi PHK sekitar 500.000 s.d. 1 juta orang, dan PHK massal akan terjadi
mulai Januari hingga Pebruari 2009. Sektor industri yang paling terkena dampak
krisis global adalah industri padat karya, seperti industri tekstil, sepatu,
UKM serta industri makanan dan minuman. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT)
dan industri sepatu sudah mengkalkulasi pengurangan tenaga kerja sekitar 10%
dan total sekitar 2,5 juta pekerja. Rencana PHK juga akan terjadi pada industri
makanan dan minuman, industri elektronik, dan industri otomotif.
Banyaknya
PHK ini tentu saja akan sangat berpengaruh bagi peningkatan terjadinya
pengangguran. Mencermati berbagai fakta tersebut tampak jelas bahwa industri
nasional saat ini dihadapkan pada masalah sepinya order, pembatalan kontrak
ekspor, turunnya harga komoditas, serta persaingan usaha. Sektor manufaktur
juga dihadapkan pada kenaikan harga bahan baku, sulitnya mendapatkan kredit
perbankan, dan kenaikan komponen biaya produksi dll. Bahkan Kondisi sektor riil
yang kandungan impornya tinggi seperti industri baja, otomotif, dan elektronik
semakin terjepit akibat melemahnya kurs rupiah. Ditengah berbagai permasalahan
tersebut rencana pemerintah untuk menambah dana stimulus ekonomi sekitar Rp 16
s.d. 20 tniliun pada tahun 2009, merupakan langkah positif dalam mengatasi
dampak krisis ekonomi global terhadap PHK.
Jika alokasi dana stimulus ekonomi tersebut tepat sasaran, tidak hanya mencegah meluasnya PHK tetapi juga dapat membuka kesempatan kerja baru serta mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai yang ditargetkan.
Jika alokasi dana stimulus ekonomi tersebut tepat sasaran, tidak hanya mencegah meluasnya PHK tetapi juga dapat membuka kesempatan kerja baru serta mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai yang ditargetkan.
Dilatarbelakangi
oleh permasalah tersebut maka makalah ini disusun untuk membahas mengenai jenis
pengangguran, penyebab terjadinya pengangguran dan dampak akibat meningkatnya
jumlah pengangguran di Indonesia.
1.2 Pembahasan
Sebelum
berbicara tentang pengangguran, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa
yang disebut dengan tenaga kerja, angkatan kerja dan usia pekerja yang
ditetapkan di Indonesia.
Tenaga kerja
yaitu penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain
mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang
bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.
Angkatan
kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang
sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab (petani yang menunggu panen,karyawan
yang sedang sakit,dsb).
Sedangkan
yang dimaksud dengan usia pekerja adalah tingkat umur seseorang yang diharapkan
dapat bekerja dan memperoleh pendapatan. Di Indonesia kisaran usia kerja adalah
antara 10-64 tahun.
Kemudian
yang disebut sebagai pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang
yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua
hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan.
A. JENIS PENGANGGURAN DAN PENYEBABNYA
Secara garis
besar, pengangguran dapat dibedakan menjadi dua golongan, menurut lama waktu
kerja dan menurut penyebabnya.
I. Jenis pengangguran
menurut waktu kerja
Pengangguran
sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja
secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
1.
Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. Contoh : suatu
kantor mempekerjakan 10 orang karyawan padahal pekerjaan dalam kantor itu dapat
dikerjakan dengan baik walau hanya dengan 8 orang karyawan saja,sehingga
terdapat kelebihan 2 orang tenaga kerja. Orang-orang semacam ini yang disebut
dengan pengangguran terselubung.
2. Setengah
Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah
menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
Contoh : seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu
proyek untuk sementara menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.
Setengah
pengangguran dibagi menjadi dua kelompok :
• Setengah
Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan
masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.
• Setengah
Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi
tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain, misalnya
tenaga ahli yang gajinya sangat besar.
3.
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak
karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
II. Jenis
Pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya :
Macam-macam
pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa
jenis, yaitu :
a.
Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan
perekonomian/siklus ekonomi.
b.
Pengangguran struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh ketidakcocokan antara keterampilan (kualifikasi) tenaga kerja
yang dibutuhkan dan keterampilan tenaga kerja yang tersedia.Perubahan struktur
ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang merupakan latar belakang
ketidakcocokan itu. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti :
i. Akibat
permintaan berkurang
ii. Akibat kemajuan
dan pengguanaan teknologi
iii. Akibat
kebijakan pemerintah
c.
Pengangguran friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang
muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja
(pergantian pekerjaan atau pergeseran tenaga kerja). Pengangguran ini muncul
dari kemauan tenaga kerja yang bersangkutan. Ia menganggur untuk sementara
waktu dalam rangka mencari pekerjaan yang lebih baik, menantang dan menunjang
karirnya. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
d. Pengangguran
musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya
pergantian musim tanam ke musim panen.
e.
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau
penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
f.
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan
oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand). Contoh : suatu saat
perekonomian suatu negara mengalami masa pertumbuhan (menaik).Di saat lain,
mengalami resesi (menurun) atau bahkan depresi.Pada saat krisis ekonomi, daya
beli masyarakat menurun sehingga tingkat permintaan terhadap barang dan jasa
juga menurun.Turunnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa memaksa
produsen untuk menurunkan kegiatan produksi.Produsen melakukan ini antara lain
dengan cara mengurangi pemakaian faktor produksi, termasuk tenaga kerja.Inilah
mengapa pada saat krisis ekonomi kita menyaksikan banyaknya pegawai atau buruh
terkena PHK sehingga menganggur.
B. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PENGGANGURAN
Masalah
pengangguran tentulah tidak muncul begitu saja tanpa suatu sebab. Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pengganguran secara global adalah sebagai berikut :
1. Besarnya
Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
2. Struktur
Lapangan Kerja Tidak Seimbang
3. Kebutuhan
jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan
kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi
kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia.
Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak
dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
4.
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
5. Budaya
pilih-pilih pekerjaan.
Pada
dasarnya setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan.
Dan lagi ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan
di Indonesia bukan pengangguran terselubung, melainkan pengangguran terbuka
yang didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan tinggi).
6. Pemalas
Selain
budaya memilih-milih pekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur di Indonesia
adalah budaya malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar lain yang
ditempuh adalah dengan menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.
7. Tidak mau
ambil resiko
“Saya
bersedia tidak digaji selama 3 bulan pertama jika diterima bekerja di kantor
bapak. Dengan demikian bapak tidak akan rugi. Jika bapak tidak puas dengan
hasil kerja saya selama 3 bulan tersebut, bapak bisa pecat saya.”
Adakah yang
berani mengambil resiko seperti itu? Kami yakin sedikit sekali. Padahal kalau
dipikir-pikir itu justru menguntungkan si pencari kerja selama 3 bulan tersebut
ia bisa menimba pengalaman sebanyak-banyaknya.
Meskipun
akhirnya dipecat juga, toh dia sudah mendapat pengalaman kerja 3 bulan.
C. DAMPAK-DAMPAK PENGANGGURAN
Untuk
mengetahui dampak pengganguran kita perlu mengelompokkan pengaruh pengganguran
tersebut, yaitu:
a. Dampak
Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan akhir
pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus.
Jika tingkat
pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
§ Pengangguran bisa menyebabkan
masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal
ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil
(nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial
(pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat
pun akan lebih rendah.
§ Pengangguran akan menyebabkan
pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi
karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun
sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang
harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun,
dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan
pembangunan pun akan terus menurun.
§ Pengangguran tidak menggalakkan
pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat
akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan
berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha)
untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat
investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
b. Dampak
pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya dan Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
§ Pengangguran dapat menghilangkan
mata pencaharian
§ Pengangguran dapat menghilangkan
ketrampilan
§ Pengangguran dapat meningkatkan
angka kriminalitas
§ Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan
sosial politik.
§ Pengangguran dapat meningkatkan
angka kemiskinan.
D. KEBIJAKAN – KEBIJAKAN PENGANGGURAN
Adanya bermacam-macam
pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis
pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut :
I.
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1. Peningkatan
mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera
memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang
kelebihan
ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
3.
Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong, dan
4. Segera
mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.
II.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk
mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sbb:
1. Perluasan
kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang
bersifat padat karya
2. Deregulasi
dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya
investasi baru
3.
Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home indiustri
4.
Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sector agraris
dan sector formal lainnya
5. Pembukaan
proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya,
PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung
maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
III.
Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.
Jenis
pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1. Pemberian
informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain, dan
2. Melakukan
pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu
musim tertentu.
IV.
Cara mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1.
Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2.
Meningkatkan daya beli Masyarakat.
• Cara
mengatasi Penngangguran menurut kelompok kami yaitu :
1. Program
Pendidikan dan Pelatihan Kerja
Pengangguran
terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli. Perusahaan
lebih menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau keahlian
tertentu. Masalah tersebut amat relevan di negara kita mengingat sejumlah
penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau keahlian
tertentu. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu digalakan lembaga yang
mendidik tenaga kerja menjadi siap pakai. Yang paling penting dalam pendidikan
dan pelatihan kerja itu adalah kesesuaian program dengan kualifikasi yang dituntut
oleh kebanyakan perusahaan.
2. Wiraswasta
Selama orang
masih tergantung pada upaya mencari kerja di perusahaan tertentu, pengangguran
akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah menjadi agak terpecahkan apabila
muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta.
Fakta memperlihatkan cukup banyak wiraswasta yang berhasil. Meskipun demikian,
wiraswasta pun bukanlah hal yang mudah.
BAB II
PENUTUP
2.1
Kesimpulan
Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan
yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah
sosial lainnya.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya
tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan
keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu
tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga
mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah
menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Rekomendasi. Memulihkan kondisi
pengangguran di Indonesia tentulah tidak semudah membalikan telapak tangan.
Karena itu diperlukan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintah.
Solusi paling mudah untuk mengatasi hal ini adalah dengan menciptakan lapangan
usaha sendiri dan tidak mengharap yang muluk-muluk menjadi seorang karyawan
suatu perusahaan dengan gaji yang besar.
Cara lain adalah dengan menetapkan kebijakan baru yang mempersempit kesempatan para pemilik perusahaan untuk mem-PHK karyawannya.
Cara lain adalah dengan menetapkan kebijakan baru yang mempersempit kesempatan para pemilik perusahaan untuk mem-PHK karyawannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. http://orinkaltimindonesia.wordpress.com/2010/11/21/makalah-pengangguran/.
Di akses tangal 15 januari 2014. Pukul 15.13 WIB
Ritonga,MT dkk. 2007. Ekonomi Untuk
SMA kelas XI. Jakarta : PT Phibeta Aneka Gama Internethttp://organisasi.org/pengertian-pengangguran-dan-jenis
macampengangguran friksional-struktural-musiman-siklikal/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar