Kamis, 27 Desember 2012

laporan praktikum mikrobiologi



PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Berkembangnnya ilmu pengetahuan dan teknologi seperti pada kondisi sekarang ini, berdampak pula pada meningkatnya rasa ingin tahu seseorang terhadap apa yang terdapat di alam semesta ini tidak luput pula perhatian kepada mikrooorganisme yang tak dapat di lihat dengan mata telanjang. Hal ini mendasari perlunya ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mikroorganisme tersebut yang disebut dengan mikrobiologi. Ilmu ini mempelajari mikroorganisme yang merupakan bagian lain dari mahluk hidup yang ada di muka bumi.
Prediksi, suatu bentuk praktis ilmu pengetahuan, adalah suatu produk yang dihasilkan oleh perpaduan antara teori dan Praktik (Jawetz, etc. 2001), dalam hal ini mikrobiologi merupakan ilmu yang mendalami mikroorganisme untuk penerapannya dalam kehidupan agar ditemukan cara-cara terbaik dalam penyelesaian masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan dalam hal ini semakin banyaknya penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan kuman yang menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang menyangkut mikroorganisme. Namun, selain akibat yang tidak menguntungkan tersebut banyak mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan misalnya fermentasi.
Untuk mempelajari seluk beluk tentang mikroorganisme ini, tentunya menggunakan teknik atau cara-cara khusus untuk mendapatkan informasi ilmiah mengenai mikroorganisme baik sifat dan karakteristiknya.  Untuk itu tentu diperlukan peralatan untuk menunjang kegiatan tersebut. Sehingga pengenalan akan alat-alat laboratorium mikrobiologi beserta teknik/cara penggunaan alat-alat mutlak diperlukan. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi harus bebas dari kontaminan baik bakteri, virus mapun jamur atau dalamkeadaan steril.  Pengetahuan tentang cara- cara atau teknik sterilisasi mutlak  diperlukan mengingat alat- alat yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang tentunya akan membedakan pula teknik sterilisasinya.
Untuk mendapatkan informasi ilmiah dari mikroorganisme seringkali kita perlu menumbuhkannya terlebih dahulu.  Penumbuhan mikroorganisme tersebut tentunya memerlukan media yang tepat.  Media pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat makanan (nutrien) untuk menumbuhkan jasad renik di atas atau di dalamnya. Dengan media pertumbuhan itu juga dapat dipelajari aktivitasnya dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada media.  Media pertumbuhan juga dapat membantu dalam melakukan isolasi jasad renik.  
Di dalam pekerjaan mikrobiologi dibutuhkan alat yang khusus untuk melihat mikroorganisme. Salah satu alat yang sering digunakan adalah mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran kecil. Mikroskop dalam bahasa Yunani dari micron yaitu kecil dan scopos yaitu tujuan. Jadi, mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Daya pembesaran mikroskop menyebabkan kita dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat terlihat dengan mata telanjang. Pembesaran yang dapat mikroskop adalah sekitar 100 kali sampai 400.000 kali. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan objek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop electron.
Perbesaran yang dicapai oleh suatu mikroskop adalah hasil kerja dua sistem lensa yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif yang terdekat dengan spesimen, dan lensa okuler, terletak pada ujung atas mikroskop, terdekat dengan mata. Sistem lensa objektif memberikan perbesaran mula-mula dan menghasilkan bayangan nyata yang kemudian diproyeksikan ke atas lensa okuler. Bayangan nyata tersebut, pada gilirannya, diperbesar oleh okuler untuk menghasilkan bayangan pada mikroskop
Pada mikroskop cahaya atau mikroskop monokuler mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop ini mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa okuler bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa objektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat.Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa-lensa mikroskop yang lain (Anonim, 2012).

B.            TUJUAN PRAKTIKUM :
1.      Untuk mempelajari lebih dalam tentang kehidupan mikroorganisme serta manfaatnya.
2.      Untuk mempelajari teknik inokulasi biakan mikroorganisme.
3.      Sebagai syarat mahasiswa UTP menempuh ujian semester III.
































I. PENGENALAN ALAT dan PEMBUATAN MEDIA

A.      TUJUAN.
          Pada praktikum ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang Alat-alat Laboratorium Mikrobiologi dan pemakaian skala cara pembuatan media.
B.       TINJAUAN PUSTAKA.
          Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari biologi yang mempelajari tentang organisme yang mikroskopik yakni meliputi bakteri, virus, fungi, alga dan protozoa.Mikrobiologi boleh dikatakan merupakan ilmu yang masih baru.Dunia jasad renik barulah ditemukan sekitar 300 tahun yang lalu dan makna sesungguhnya mengenai mikroorganisme itu barulah dipahami sekitar 200 tahun kemudian.Selama 40 tahun terakhir, mikrobiologi muncul sebagai bidang biologi yang sangat berarti karena mikroorganisme digunakan oleh para peneliti dalam penelaah hampir semua gejala biologis yang utama.
Dalam melakukan praktikum mikrobiologi, tentunya digunakan berbagai macam alat dengan fungsinya masing-masing sehingga sangat perlu keterampilan dalam menggunakan alat-alat mulai dari cara membersihkan sampel, penggunaan, dan penyimpanannya. Olehnya itu, maka perlu diadakan praktikum ini yaitu agar dapat memberikan pemahaman kepada kita mengenai alat-alat yang sering digunakan pada praktikum mikrobiologi (Ariandi, 2010).
Pekerjaan mikrobiologi banyakmenggunakan alat-alat geas,terutama cawan petri, tabung reaksi, gelas objek, gelas penutup, gelas piala, gelas Elyemayer dan lain-lain. Kebersihan Alat-alat gelas tersebut sangat menentukan kebersihan kegiatan yang kita lakukan, baik untuk menghindari kontaminasi maupun untuk kejelasan dan ketepatan pengamatan. Dalam hal ini kebersihan dapat di artikan sebagai jernih, kering, serta bebas debu dan lemak.(Anonim,2012)
Pembersihan alat gelas di lakukan sebelum dan sesudah kegiatan praktek, sesuai dengan keadaan, apakah sudah bersih atau belum.Alat-alat gelas di gunakan harus selalu dikembalikan dalam keadaan bersih.Untuk memudahkan pembersihan, alat gelas sebaiknya dikelompokan berbagai jenis dan ukurannya. Sebelum dibersihkan, alat gelas juga harus di bersihkan dulu dari segala bentuk kotoran, seperti : medium kultur (media biakan), selotip, marker, dan lain-lain. Marker permanen dapat di hilangkan dengan menyapukan kapas yang telah di basahiaseton pada bagian yang di bersihkan.(Anonim,2012).
C.      ALAT DAN BAHAN
Alat :
Jarum ent, Jarum Ose, Gelas Preparat, Pipet drop, Tabung reaksi, Erlen meyer, Beker gelas, Gelas ukur, Pipet volume, Petridish, Bunsen, Oven, Auto eleve, Mikroskop, kertas pembungkus, karet gelang, aluminium foil
Bahan :
Kentang, dekstrosa, agar-agar, daging peptone, aquadest.
D.      CARA KERJA
Ø  Menyiapkan alat-alat.
Ø  Memahami fungsi alat dan berbagai cara menggunakannya.
Ø  Menggambar alat-alat dan menjelaskan fungsinya.

1.    Membuat media PDA
Cara kerja :
a.       Kupas kentang, cuci dan potong kecil-kecil, timbang 200g, kemudian rebus selama 1 jam dengan tetap menjaga volume air 1000ml.
b.      Saringlah sehingga memperoleh filtrat, kedalam filtrat dimasukkan dekstrosa 10g dan agar-agar 15g, diaduk sampai larut homogen.
c.       Masukkan kedalam erlenmeyer dan tutup dengan kapas, dibagian luarnya ditutup aluminium foil atau kertas dan dikaret.
d.      Sterilkan dalam autoclave suhu 121oC, 15 menit.



E.       HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil pengamatan
No.
Nama Alat
Fungsi
Kegunaan dan Cara Pemeliharaan
1.
Gelas piala (beaker)

Gelas piala berfungsi sebagai tempat penyimpanan medium, memanaskan larutan, pencampuaran larutan dan menampung hasil dari penyaringan dalam ukuran tertentu.
Alat ini dapat disterilisasikan dengan dicuci sampai bersih ataupun dengan ditutup terlebih dahulu bagian atas dengan kapas, lalu disterilisasi dengan menggunakan autoclave.
2.
Gelas erlenmeyer

Gelas erlenmeyer berfungsi sebagai tempat penyimpanan medium, memanaskan larutan, dan menampung hasil dari penyaringan.
Alat ini dapat disterilisasikan dengan ditutup terlebih dahulu bagian atas dengan kapas, lalu disterilisasi dengan menggunakan autoclave.
3.
Petridish (cawan petri)


Cawan petri berfungsi untuk pembuatan kultur media.
Alat ini disterilisaskan bersama dengan kertas saring didalamnya. Sebelumnya, cawan petri dicuci dan dikeringkan dan setelah itu bungkus dengan kertas putih coklat untuk disterilisasi dengan oven.
4.
Tabung reaksi

Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat media pertumbuhan mikroba dalam bentuk media tegak atau miring yang disumbat kapas.
Caranya yaitu pada waktu memanaskan media yang ada pada tabung reaksi, harus dalam keadaan miring diatas nyala api.
5.
Gelas ukur


Gelas ukur digunakan untuk menakar air suling danbahan kimia yang akan digunakan.
Gelas ukur ada yang tahan panas dan ada pula yang tidak tahan panas. Pembuatan larutan sterilisasi eksplan, yaitu chlorox selalu menggunakan gelas ukur. Pada saat menggunakannya perhatikan caramembaca skalanya.
6.
Penutup tabung reaksi.
Penutup tabung reaksi berfungsi untuk menutup tabung reaksi.
Dapat disterilkan dengan autoclave.
7.
Pipet Tetes

Pipet tetes berfungsi sebagai pengambil larutan atau sampel dengan ukuran tetes.
Caranya, yaitu cairan disedot dengan bantuan filter (penyedot). Kemudian teteskan seberapa yang diinginkan.
8.
Bunsen
Untuk menyetrika alat .





9.
Pipet ukur
Pipet ukur berfungsi sebagai pengambil larutan atau sampel sesuai dengan jumlah yang kita tentukan.
Cara penggunaanya sama seperti pipet tetes, tapi memiliki ukuran berapa banyak cairan yang akan diambil.
10.

Jarum ent
Untuk mengambil biakan atau  inokulasi.



11.


Jarum ose
Untuk memindahkan biakkan materi atau inokulasi.



12.


Gelas preparat dan penutup
Tempat mikrobia yang akan diamati menggunakan mikroskop.






No.
Nama Alat
Fungsi
Kegunaan, Cara Mengoperasikan, dan Pemeliharaan Alat
1
Autoclave


Berfungsi untuk sterilisasi media maupun alat-alat seperti pipet, scalpel, pinset, cawan petri, botol mutlak dibutuhkan autoclave.
Caranya mengisi air sampai dasar yang berlubang. Kemudian nyalakn alat. Masukkan materi yang akan disterilkan. Selanjutnya, penutupautoclave dipasang dan sekrup dikencangkan. Kran pengatur keluar uap dibiarkan terbuka dan ditutup hingga suhu 121ºC, setelah itu, biarkan hingga tekanan turun 0ºC dan dibuka secar perlahan.
2.       
Oven

Berfungsi untuk sterilisasi alat-alat yang tahan terhadap panas tinggi, misalnya cawan petri tabung reaksi, Erlenmeyer, dan lain-lain.
Prinsip kerjanya adalah alat yang disterilkan dibungkus dalam kertas kemudiandimasukkan dalam oven lalu ditutup. Setelah itu mengaktifkan tombol power dan mengatur suhu yang diinginkan, menggunakan temperature suhu 180ºC selama 2 jam.
3.       
Inkubator


Inkubator berfungsi sebagai menumbuhkan bakteri pada suhu tertentu, menumbuhkan ragi dan jamur, dan menyimpan biakan murni mikroorganisme pada suhu rendah.
Prinsip kerjanya yaitu mengubah energy listrik menjadi energy panas.
4.       
Incease

Incease berfungsi sebagai tempat untuk mengambil bakteri untuk menghindari kontaminasi langsung.


Untuk mensterilkan bagian dalamnya dengan cara menyemprotkan alcohol 95% atau formalin cair.



7.       
Mikroskop
Mikroskop berfungsi sebagai alat bantu untuk melihat mikroorganisme yang tak dapat dilihat oleh mata.
Cara penggunaan yaitu dengan melatarbelakangi bagian belakang mikroskop


2.      PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan alat-alat tersebut memiliki fungsi dan penggunaan yang berbeda, meskipun ada juga fungsidan penggunaannya hampir sama.Alat-alat ini juga terdiri dari sterilisasi, yaitu alat yang digunakan untuk sterilisasi.Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan alat-alat maupun bahan-bahan dari semua kehidupan.Alat isolasi adalah alat yang digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme dan alat inokulasi mikroba.
Dan untuk menjaga kebersihan alat dan laboratorium sesudah dan sebelum menggunakan alat dan bahan mengecek dan melihat bahan dan alat tersebut dalam kondisi bersih dan pada saat mengembalikan alat dan bahan harus di tempatkan di tempat semula dalam keadaan bersih juga.
PEMBAHASAN PDA :
Pada praktikum kali ini saya mempelajari cara pembuatan medium. Agar dapat tumbuh dengan baik suatu mikroorganisme sangat memerlukan media sebagai tempat hidupnya. Media adalah substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh dan sesuai dengan lingkungannya. Kehidupan mikroorganisme tergantung pada nutrisi dalam substrat/medium dan faktor lingkungan yang baik, karena tidak semua bakteri, khamir dan kapang dapat tumbuh dengan satu medium yang sama. Jenis medium untuk pertumbuhan mikroorganisme sangat bervariasi, tergantung dari apa yang di jadikan dasar penanaman.

F.     KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa alat-alat pada laboratorium mikrobiologi terbagi atas alat-alat yang terbuat dari gelas, alat-alat sterilisasi, mikroskop, dan alat-alat lain. Yang termasuk alat-alat gelas antara lain tabung reaksi, tabung durham, erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes, cawan petri dan penutup, batang gelas bengkok, corong, batang pengaduk, gelas kimia, thermometer, dan labu ukur.
KESIMPULAN PDA :
a.    Kehidupan mikroorganisme tergantung pada nutrisi dalam substrat/medium dan faktor lingkungan yang baik.
b.    Media  merupakan suatu alat untuk tempat dan tumbuh bagi mikroorganisme.
c.    Berdasarkan bentuknya, medium dibagi 3 jenis, yaitu medium cair, medium semisolid, dan medium padat.
d.   Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat, bahan, dan kemasan dari segala macam bentuk kehidupan terutam mikro organism.
e.    Setiap pembuatan media harus disterilkan terlebih dahulu agar hasil yang didapatkan maksimal.










II. KULTIVASI BAKTERI dan JAMUR

A.      TUJUAN
1.        Melihat macam-macam koloni mikroorganisme yang berasal dari udara dengan variasi lama waktu berhubungan dengan udara.
2.         Memberikan keterampilan kepada mahasiswa, agar mampu menumbuhkan dan memisahkan bakteri atau jmur dari keberadaannya di udara dan permukaan benda dan yang jamur pada biji kacang tanah.

B.       TINJAUAN PUSTAKA.
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya, seperti dalam sintesis protoplasma dan bagian-bagian sel lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel melakukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang teratah yang berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang disebut juga biokatalisator yang dinamakan enzim (Djide, 2006).
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru.
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai penghitungaan bakteri yang dikenal dengan namatotal plate count. Bentuk koloni bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik.
Suatu medium yang mengandung substansi kompleks seperti ekstrak daging sapi, ekstrak khamir, tripton, dan darah disebut sebagai medium buatan atau medium kompleks (artificial or complex medium). Sebagai lawannya, kita acu medium yang rumus kimia masing-masing ramuannya dapat dituliskan sebagai medium sintesis (synthtetical medium) atau medium yang ditentukan (difined medium). Medium sintesis mungkin sangat rumit dan sangat berbeda sesuai dengan organisme tertentu yang hendak ditumbuhkan. Untuk sebagian besar, medium sintesis hanya digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium penelitian.
Agar-agar, gelatin atau gel silika merupakan bahan untuk membuat medium menjadi padat. Namun, yang paling umum digunakan adalah agar-agar. Meskipun bahan utama agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstraksi dari alga marin genus gelidium, namun sebagian mikroorganisme tidak dapat menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai pemadat.
Untuk perhitungan mikroorganisme mungkin yang paling sering digunakan adalah prosedur penumbuhan dalam agar. Secara sederhana suatu contoh suspensi sel atau bahan pangan homogenat diinokulasi ke dalam atau ke atas media nutrien agar dan setelah diinkubasi, jumlah koloni yang terbentuk dihitung. Karena satu koloni menunjukkan jumlah sel dalam larutan asalnya.
Perhitungan secara penumbuhan dalam cawan petri dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu : dalam metode penuangan, 1,0 ml contoh dipindahkan ke dasar cawan dan dituangkan diatasnya 15-20 ml media agar yang telah didinginkan sampai 45o – 50oC dan dicampur serata mungkin. Setelah inkubasi, koloni baik yang tumbuh di dalam agar atau dipermukaannya dihitung. Prosedur ini termasuk yang paling peka, sampai sejumlah 20 sel/ml dapat dihitung. Metode ini tidak dapat diterapkan dalam studi lapangan karena dibutuhkan alat-alat untuk mencairkan dan mendinginkan media agar. Berikutnya metode penyebaran pada permukaan cawan dilakukan dengan menggunakan 0,1 ml larutan contoh disebaratakan di permukaan media agar yang tersedia dengan tongkat gelas yang melengkung (bent glass rod) yang telah disterilkan. Setelah inkubasi, koloni yang tumbuh di permukaan dari media dihitung. Karena penggunaan volume larutan yang sedikit yaitu 0,1 ml, maka kepekaannya sekitar 300 sel/ml. Oleh karena media agar dalam cawan telah disiapkan lebih dahulu, maka metode ini dapat diterapkan dalam studi lapangan. Dan terakhir adalah metode penetesan pada cawan, media yang dipersiapkan terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi 3 atau 4 sektor dan setetes larutan contoh (0,02 ml) dipindahkan ke masing-masing sektor. Setelah tetesan tersebut dibiarkan kering, cawan petri kemudian diinkubasi. Suatu pipet penetes yang telah dikalibrasi dipergunakan untuk mengukur dan memindahkan tetesan. Pengenceran contoh diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh antara 5 sampai 20 koloni terbentuk dari setiap tetesan pada permukaan media agar. Satu keuntungan metode ini adalah bahwa perhitungan dapat dilakukan 3-4 kali ulangan sekaligus dalam satu cawan, sehingga dapat menghemat bahan-bahan untuk uji mikrobiologi. Contoh bahan yang mengandung sekecil 250 sel setiap ml masih dapat dihitung dan teknik ini dapat diterapkan dalam percobaan-percobaan lapangan.

C.      BAHAN DAN ALAT
Bahan : 6 tabung agar Nurien (na), biji kacang tanah, media PDA, media NA.
Alat : Cawan petri, jarum ose 1(satu), tabung air steril, batang tusuk gigi, batang    penyeka steril, pinset, lampu bunsen.

D.      CARA KERJA

1.      Kulivasi Bakteri
Ø  Siapkan agar nutrien dengan cara memanaskan media dalam tabung sampai mencair, kemudian menuangkan kedalam petridish.
Ø  Satu petridish diinokulasi dengan udara dengan muka tutup petri dan membiarkannya terbuka selama 1 jam.
Ø  Satu petridish diinokulasi dengan cara mencelupkan batang penyeka steril kedalam air steril, kemudian diulaskan ke atas meja atau benda lain, dan dioleskan kedalam media,(setelah dingin).
Ø  Air ludah diambil dengan jarum ose, inkulasikan kedalam media.
Ø  Kotoran gigi diambil dengan tusuk gigi, inokulasikan kedalam media.
Ø  Celupkan batang gelas kedalam air steril, diulaskan ke permukaan kulit, kemudian inokulasikan ke media.
Ø  Bersihkan langsung ke dalam petri berisi media.
Ø  Semua cawan  petri diberi label yang berisi kelompok, sumber mikrobia, dan tanggal inkulasi, tempelkan label pada bagian bawah petri.
Ø  Inokulasikan cawan petri inokulasikan dalam keadaan terbalik, pada suhu kamar selama 6 hari.
Ø  Pengamatan dengan mencatat bentuk koloni dan warnanya (di gambar).

2.      Kultivasi Jamur
Ø  Media PDA dipanaskan dalam tabung sampai cair lalu di tuangkan kedalam cawan petri.
Ø  Setiap cawan petri diberi nama sesuai bahannya.
Ø  Media yang sudah dingin lalu dimasukkan masing-masing biji kedalam cawan petri dengan menggunakan pinset steril.
Ø  Media tersebut lalu didiamkan (inkubasi) selama 3-6 hari.
Ø  Kemudian media dilakukan pengamatan dan dihitung banyaknya tingkat pertumbuhan jamur yang berkembang.







E.       HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil Pengamatan kultivasi bakteri.
No
Pertumbuhan koloni
keterangan
Control
Permukaan meja
Air ludah
Udara
Permukaan kulit
Kacang tanah
1
+
-
+
+
+
-
1. warna menjadi buram.
2. terdapat bakteri setiap 24 jam.
3. pada kacang tanah terdapat pertumbuhan miselium.
2
++
+
++
++
++
++
3
+++
++
+++
+++
+++
++++
4
++++
++++
++++
++++
++++

No
Hasil Pengamatan
Keterangan
1.
KONTROL
 








Perbesaran 10x10/0.25
1. Bentuk koloni control.
2. Warna koloni abu-abu.
3. Bentuk permukaan koloni datar.

2.
PERMUKAAN TANGAN
 








Perbesaran 10x10/0.25
1. Bentuk koloni permukaan tangan.
2. warna koloni abu-abu.
3. bentuk permukaan koloni datar.
3.












UDARA
 







Perbesaran 10x10/0.25


1. Bentuk koloni udara.
2. warna koloni abu-abu.
3. bentuk permukaan koloni datar.








4.


AIR LUDAH

 











Perbesaran 10x10/0.25

1. Bentuk koloni air ludah.
2. Warna koloni abu-abu
3. Bentuk permukaan koloni cembung.


Pada Jamur :
Kontrol

 








Perbesaran : 10 X 10/0,25
Keterangan


Terdapat jamur mungkin karena pada saat penuangan dilakukan tidak aseptik
perlakuan

 








Perbesaran : 10 X 10/0,25
Keterangan


Terdapat misilium disekitar kacang tanah yang sangat banyak.
mikroskopis
 








Perbesaran : 10 X 10/0,25
Keterangan


Jamur pada kacang tanah dilihat secara mikroskopis.

2.      Pembahasan
Setelah medium kultur baik medium PDA dan medium NA dipanaskan hingga mencair, medium PDA dan NA cair dituangkan ke dalam 3 cawan petri diatas nyala lampu spiritus di dalam laminar air flow. Kemudian cawan petri digoyang pelan-pelan hingga medium merata kemudian diamkakan hingga membeku. Setelah itu, cawan petri yang satu berisi PDA dan satu berisi NA dibuka 5 detik dan tutup kembali dengan memeberi label. Dua cawan petri yang satu berisi PDA dan satu berisi NA selama 30 detik dan tutup kembali dengan diberi label. Kemudian dua cawan petri yang satu berisi PDA dan yang lain berisi NA  dibuka dengan memberi label. Setelah itu, semua cawan petri diinkubasikan dalam suhu kamar dalam keadaan tetap tertutup dan terbungkus. Lalu tunggu hingga dua hari berikutnya untuk diamati.
Setelah dua hari, pada masing-masing  Medium kultur baik PDA dan NA akan tampak koloni-koloni seperti debu. Walaupun telah tampak koloni, tetapi masih samar-samar untuk diamati. Pada medium PDA menumbuhkan koloni jamur, sedangkan medium NA menumbuhkan koloni-koloni bakteri. Pada medium PDA, telihat bentuk jamur yang menyerupai hifa jamur dengan memiliki warna putih yang transparan. Pada medium PDA hanya memiliki satu koloni jamur. Pada medium kultur NA yang membentuk berbagai koloni-koloni bakteri, tetapi pada cawan petri belum bisa terlihat baik secara bentuk koloni, jumlah koloni, maupun warna koloni. Ini mengindikasikan bahwa pada medium kultur NA belum bisa tumbuh dalam waktu dua hari.
Pada hari kelima pengamatan, medium kultur PDA memperlihatkan koloni jamur dengan sangat jelas. Ciri-ciri koloni jamur yang dimurnikan pada medium kultur PDA ini adalah :
1.              Memiliki bentuk bulat seperti hifa jamur.
2.              Pada jamur terlihat adanya garis lurus sejajar.
3.              Jamur memiliki warna putih.
4.              Jamur yang dimurnikan berjumlah satu pada medium PDA.

Untuk medium kultur NA yang seharusnya memperlihatkan berbagai koloni-koloni bakteri tidak tampak. Pada cawan petri yang didalamnya berisi medim NA ini hanya terlihat goresan yang telah digores untuk menumbuhkan koloni-koloni bakteri. Ini berarti, medium kultur NA tidak ditumbuhi oleh bakteri karena adnya beberapa factor kemungkinan, yaitu :
a.       Terjadi kesalahan dalam proses isolasi.
b.      Medium yang ditumbuhkan tidak terdapat bakteri karena menumbuhkan bakteri lebih sulit dibanding menumbuhkan jamur.

Pembahasan jamur pada Kacang tanah
a.         Pada saat penuangan media PDA, pada cawan petri mulut cawan di panaskan dengan nyala api dengan cara memutar mulut cawan diatas api bunsen yang bertujuan untuk mensterilkan alat.
b.         Cawan dibalik (tutup dibawah) agar uap air yang berasal dari media yang masih panas tidak menetes kemedia dan dan tidak menyebabkan kontaminasi serta tidak menggangu pengamatan koloni yang tumbuh.
c.         Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan adanya benang-benang hifa dan beberapa bagian membentuk bulatan (sporangium)
d.        Morfologi pada biji kacang tanah berwarna keabu-abuan.

F.       KESIMPULAN

a.    Bakteri terdapat disemua tempat (udara, permukaan kulit, air ludah).
b.    Koloni bakteri berupa seprtinpercikan mentega bentuknya menyerupai titik-titik          kadang permukaannya ada yang cembung dan pada pengamatan praktikum kali        ini koloni bakteri berwarna abu-abu.
c.    Koloni bakteri mempunyai bentuk yang berbeda-beda.
d.   Pada permukaan biji terdapat spora jamur.
e.    Koloni jamur nampak seperti tumpukan ramabut atau kapas.











III. PENGECATAN BAKTERI


A.      TUJUAN PRAKTIKUM
·      Berlatih melakukan berbagai macam pengecatan bakteri.
·      Mengetahui langkah pengecatan bakteri.
·      Mengetahui jenis bakteri berdasarkan sifat pengecatan.

B.       Tinjauan Pustaka
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro.1998).
Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro.1998).
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku (Lay.1994).
Oleh karena itu yang melatar belakangi praktek ini yaitu untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme sehingga mempermudah dalam melihat bagian-bagian bakteri.
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
            Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme ataupun latar belakangnya. Zat warna mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme disekelilingya ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora dan bahan infeksi yang mengandung zat pati dan granula fosfat. Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus. Sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memilahkan mikroorganisme disebut pewarnaan diferensial yang memilahkan bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negatif. Pewarnaan diferensial lainnya ialah pewarnaan ziehl neelsen yang memilihkan bakterinya menjadi kelompok-kelompok tahan asam dan tidak tahan asam (Dwidjoseputro.1998).
Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae harus dilakukan pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas (Hadiutomo. 1990). Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2004). Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui (Hadiutomo. 1990).
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bias dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel sepertiMycoplasma sp (Waluyo, 2004).
Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam). Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung warna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut pewarna negatif (Hadiutomo. 1990).
            Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat warna basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut disebut kromofor dan memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan didinding sel, membran sel dan sitoplasmasewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa akan berkaitan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih jelas terlihat (Dwidjoseputro.1998).
            Zat warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat berkaitan dengan muatan negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat warna negatif digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif, perlu diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel dapat berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan (Dwidjoseputro.1998).
Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut pewarnaan positif dalam prosedur pewarnaan ini dapat digunakan zat warna basa yang yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan negatif. Sebaliknya pada pewarnaan negatif latar belakang disekeliling mikroorganisme diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroorganisme yang tak berwarna. Pewarnaan mencakup penyiapan mikroorganisme dengan melakukan preparat ulas (Dwidjoseputro.1998).
Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas kaca objek. Ulasan ini kemudian difiksasi. Jumlah bakteri yang terdapat pada ulasan haruslah cukup banyak sehingga dapat terlihat bentuk dan penataanya sewaktu diamati. Kesalahan yang sering kali dibuat adalah menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat terutama bila suspensi tersebut berasal adari bukan media padat. Sebaliknya pada suatu suspensi bakteri bila terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan sewaktu mencari bakteri pada preparatnya (Sutedjo.1991).
Untuk pewarnaan yang mengamati morfologi sel mikroorganisme maka seringkali setelah pembuatan preparat ulas dilakukan fiksasi diikuti oleh pewarnaan. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat diatas api atau merendamnya dengan metanol. Fiksasi digunakan untuk :
1.      Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai
2.      Melekatkan bakteri pada glass objek
3.      Mematikan bakteri
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazim, prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti seperti crystal violet, biru metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malakit. Kadang kala digunakan zat warna negatif untuk pewarnaan sederhana : zat warna asam yang sering digunakan adalah nigrosin dan merah kongo.
Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral. Dengan pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat terlihat pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah anggur ( stafilococcus), pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (sarana) (Aditya, Mushoffa. 2010).
Beberapa mikroba sulit diwarnai dengan zat warna yang bersifat basa, tetapi mudah dilihat dengan pewarnaan negatif, pada metode ini mikroba dicampur dengan tinta cina atau nigrosin, kemudian digesekkan diatas kaca objek.Zat warna tidak akan mewarnai bakteri, akan tetapi mewarnai lingkungan sekitar bakteri. Dengan mikroskop mikroba akan terlihat tidak berwarna dengan latar belakang hitam.
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh seorang ahli bioteknologi dari Denmark yang bernama Christian Gram pada tahun 1884. Menemukan metode pewarnaan secara tidak sengaja. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp. Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Pewarnaan itu merupakan tahap penting dalam pencirian dan identifikasi bakteri (Lay,1994).
Pewarnaan gram memberikan hasil yang baik, bila digunakan biakan segar yang berumur 24-48 jam. Bila digunakan biakan tua, terdapat kemungkinan penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan lartan pemucat. Ini berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak lagi dapat memertahankan crystal violet sehingga terlihat sebagai bakteri gram negatif (Lay,1994).
Cirri-ciri gram negative:
-        Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10-45mm, berlapis tiga atau multi layer
-        Dinding slnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat dalam lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering, tidak mengandung asam laktat.
-        Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
-        Tidak resisten terhadap gangguan fisik
Ciri-ciri bakteri gram positif:
-        Struktur dindingnya tebal
-        Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal
-        Bersifat lebih rentan terhadap senyawa penisilin
-        Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu Kristal
-        Komposisi yang dibutuhkan lebih rumit
-        Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap. Yaitu
a. Pemberian cat warna utama (cairan Kristal violet) berwarna ungu
b. Pengintensifan cat warna dengan penambahan larutan mordan
c. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alcohol asam
d. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin
Banyak seenyawa organic berwarna (zat warna) digunakan untuk mewarnai mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopis dan telah dikembangkan prosedur pewarnaan gram untuk :
-        Mengamati dengan baik morfologi mikroorganisme secara kasar
-        Mengidentifikasi bagian-bagian structural sel mikroorganisme
-        Membantu mengidentifikasi atau membedakan organisme yang serupa


C.      Alat dan Bahan
Alat-alat
-       Mikroskop, Jarum ose, Cawan petri, Bunsen, Kapas, Pipet tetes, Botol, Lampu bunsen, Dryglashi,  Erlen meyer,  Kaca preparat.
Bahan-bahan
-       Alkohol,  Aquades, Koloni bakteri pada media NA,  Crystal Violet (gram A),  larutan ladium (gram B),  Alkhohol 95% (gram C), Safranin (gram D).


D.       Cara Kerja

Ø   Dibersihkan preparat glass dengan alkohol 90% kemudian difiksasi di atas bunsen.
Ø   Membuat olesan bakteri dari salah satu koloni yang tumbuh di media NA atau PDA.
Ø   Fiksasi pada nyala api sekitar 1 detik (sambil di gerakkan agar tidak mati atau rusak).
Ø   Warnai olesan bakteri dengan beberapa tetes gram A, lalu di fiksasi selama 1 detik kemudian biarkan kering.
Ø   Miringkan kaca preparat dan semprot dengan aquadest, kemudian biarkan kering.
Ø   Warnai olesan bakteri dengan beberapa tetes gram B, lalu di fiksasi selama 1 detik, kemudian biarkan selama 2 menit.
Ø   Miringkan kaca dan seprot dengan aquadest kemudian biarkan kering.
Ø   Mencuci dengan etanol 95% (gram C) tetes demi tetes sampai warna ungu tidak mengalir.
Ø   Warnai olesan bakteri dengan beberapa tetes gram D, lalu difiksasi selama 1 detik kemudian biarkan selama 30 detik.
Ø   Meringkan kaca preparat dan bilans dengan aquadest di atas penampang kemudian biarkan kering.
Ø   Amati bakteri tersebut dengan mikroskop pada perbesaran tertentu dan gambarlah.
Ø   Menenrukan sifat bakteri berdasarkan sifat pengecatan gram (untuk bakteri gram positif berwarna ungu, untuk bakteri gram negative berwarna merah).

E.        HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

·         HASIL PENGAMATAN
 








Perbesaran 10x10/0.25
KETERANGAN
Bakteri berwarna merah yang sifatnya gram negatif.











F.       PEMBAHASAN
               Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satumacam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan susunan selnya . pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pasda umumnya antara lain kristal violet , metylen blue , karbol , fuchsin , dan safranin
Pewarnaan negatif yaitu pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang sulit diwarnai, dimana bakterinya tidak diwarnai melainkan latar belakangnya, metode pewarnaan negatif merupakan suatu metode perwarnaan umum, dimana digunakan larutan zat warna yang tidak meresap ke dalam sel-sel bakteri melainkan melatar  belakangi sehingga kelihatan atau nampak sebagai bentuk-bentuk kosong tak berwarna(negatif).
            Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokan bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna crystal violet dan akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat warna crystal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna air fucsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan zat warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan dalam pewarnaan gram antara lain : crystal violet, alkohol, safranin, dan iodine.
            Pewarnaan spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan malachite green dan safranin, yang dalam hasil pewarnaannya akan muncul warna hijau pada sporanya, serta warna merah pada sel vegetatifnya yaitu pada Bacillus subtitulis.
            Prinsip pewarnaan sederhana didasarkan pada zat warna yang digunakan hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut yang merupakan suatu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum(Dwidjoseputro.1998).
Prinsip pewarnaan negatif yaitu suatu metode pewarnaan tidak langsung dimana digunakan larutan zat warna yang tidak meresap kedalam sel bakteru melainkan ke dalam latar belakangnya.
Prinsip pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri ; sehingga menyebabkan perbedaan reaksi dengan permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pencuci (Dwidjoseputro.1998).
Prinsip pewarnaan spora yaitu suatu metode pewarnaan yang menggunakan malachite green dan safranin, yang dalam hasilnya pewarnaan akan muncul warna hijau pada sporanya dan warna merah pada sel vegetatifnya.
Fuchsin carbon, merupakan campuaran fuchsin fenol dan dasar yang digunakan dalam prosedur pewarnaan bakteri. Hal ini umumnya digunakan dalam pewarnaan mikrobkateria karena memiliki ketertarikan untuk asam mycolic yang ditemukan di dinding sel mikroba, carbol fuchsin juga digunakan sebagai antiseptik tropikal.
Crystal violet atau ungu gentian adalah pewarna triarylmethane. Pewarna ini digunakan sebagai histologis noda dalam metode gram klasifikasi bakteri. Crystal violet memiliki sifat sifat anti bakteri, jamur dan obat cacing, dan sebelumnya penting sebagai antiseptik topikal.
Nigrosin adalah campuran dari pewarna sintesis hitam yang dibuat dengan memanaskan campuran nirobenzena, anilin, dan hidroklorida. Industri utamanya adalah sebagai pewarna untuk lak, pernis, dan tinta penanda pena. Didalam biologi, nigrosin digunakan untuk pewarnaan negatif bakteri. Bentuk dan organisme yang terlihat sebagai warna bebas menguraikan terhadap latar belakang gelap. Keuntungan dari menggunakan metode ini daripada noda positif biasa seperti fuchsin, metilen blue, atau carbol, ialah bahwa fiksasi sebelumnya oleh panas atau alkohol tidak diperlukan sehingga organisme terlihat. Selain itu pewarnaan negatif dengan nigrosin dapat mengungkapkan beberapa mikroorganisme yang tidak dapat diwarnai dengan  metode biasa.
Lugol’s yodium, juga dikenal sebagai solusi lugol, merupakan solusi dari iodium dan iodida dalam air. Larutan yodium lugol digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan, dan untuk desinfikasi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk deteksi pasti di dalam laboratorium, pewarnaan dan tes medis (Dwidjoseputro.1998).
Safranin dalah noda biologis yang digunakan dalam histologi dan sitologi. Safranin digunakan sebagai conterstain dalam beberapa protokol pewarnaan. Mewarnai seluruhinti sel darah merah. Ini adalah counterstain klasik dalam gram stain. Hal ini juga dapat digunakan untuk deteksi tulang rawan, musin dan butiran sel mast. Safranin biasanya memilki struktur kimia. Ada juga trimetil safranin kedua senyawa berperilaku dasarnya identik dan aplikasi pewarnaan biologi dan kebanyakan prosedur safranin tidak membedakan diantara keduanya. Persiapan safranin komersial sering mengandung campuran dari kedua jenis. Safranin juga digunakan sebagai indikator redok dalam kimia analitik.
Fiksasi adalah suatu metode persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar tampak realistik dengan menggunakan grutaldehid dengan proses pemabakaran. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa merusak struktur selnya. (Dwidjoseputro.1998).
Menurut hasil pengamatan, pada pewarnaan sederhana dikemukakan bakteri dengan bentuk basil dan berwarna ungu dalam pembesaran 400. Pada pewarnaan negatif, tidak ditemukan terlalu banyak bakteri, ditemukan bakteri dengan bentuk coccus dan pewarnaan negatif mewarnai belakangnya berwarna biru gelap dan bakteri berwarna kuning. Pada pewarnaan gram ditemukan bakteri jenis gram negatif dengan warna merah dan memiliki bentuk basil pada perbesaran mikroskop hingga 400. Sedangkan, pada perwarnaan spora yang menggunakan malachite green dan safranin, spora seharusnya berwarna hijau, tetapi pada hasil pengamatan yang terlihat hanya warna merah dari safranin, yaitu sel vegetatifnya dengan bentuk coccus pada perbesaran 400 di mikroskop.
Beberapa faktor kesalahan pada praktikum antara lain pemberian zat warna yang berlebihan sehingga sel bakteri tidak nampak, kurang maksimalnya dalam proses fiksasi sehingga masih ada bakteri yang belum mati, dan faktor yang lain adalah pada proses pencucian terlalu deras dalam membilas zat warna dengan air sehingga dapat menyebabkan bakteri larut terbawa air.


·         KESIMPULAN
            Dari percobaan pewarnaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
-    Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup
-    Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada gram positif berwarna ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna kristal violet serta perbadaan terjadi pada dinding selnya



























VI.  PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

A.      TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap pertumbuhan bakteri.
B.       TINJAUAN PUSTAKA
Suhu inkubasi yang memungkinkan pertumbuhan tersepat selama periode waktu yang singkat (12 sampai 24 jam) yang dikenal sebagai suhu pertumbuhan yang optimum. PH optimum pertumbuhan kebanyakan bakteri terletak 6,5 sampai 7,5. Namun, beberapa yang dapat tumbuh dalam keadaan yang sangat masam atau yang sangat alkalin. Kebanyakan yang mempunyai nilai PH minimum dan maksimum ialah 4 dan 9 (Pelczar, dkk., 1986). Kebanyakan bakteri  dapat tumbuh pada kisaran sebesar pH 3 – 4 unit pH atau kisaran 1000 – 10000 kali konsentrasi ion hydrogen. Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum sekisar pH 6 – 7.5, Khamir mempunyai pH 4-5 dan tumbuh pada kisaran pH 2.5 – 8 dan kapang mempunyai pH optimum antara 5 dan 7 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 3 – 8.5.

C.      ALAT DAN BAHAN

ALAT      
   : 4 tabung PDA, pinset, lampu bunsen,cawan petri.
BAHAN     : biakan dari wortel busuk.

D.      CARA KERJA
1.    Inukulasikan 4 tabung NA (nutrien agar) petri masing-masing satu ose biakan murni bakteri.
2.    Pisahkan masing-masing tabung tersebut dan inukulasikan pada temperatur suhu kamar ±C suhu almari es  C dan kontrol selama 48 jam.
3.    Catat pada pertumbuhan masing-masing tabung dan gunakan tanda-tanda untuk pertumbuhan tersebut.
+++  : pertumbuhan luar biasa
++    : tumbuh baik
+      : tumbuh sedikit
-         : tidak tumbuh
E.       HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
KONTROL
SUHU KAMAR
LEMARI ES
A
B


+
++
+++
-

Dari pengamatan diatas
-       Media kontrol A sedikit terkontaminasi mungkin karena peralatan yang tidak seteril atau pada saat penuangan kedalam petri dilakukan tidak aseptik.
-       Media kontrol B terkontaminasi oleh bakteri mungkin karena peralatan yang tidak seteril atau pada saat penuangan kedalam petri dilakukan tidak aseptik.
-       Media pada suhu kamar pertumbuhan bakteri sangat cepat dan terdapat pigmen berwarna merah.
-       Media pada lemari es tidak terdapat perkembangan bakteri karena pertumbuhan bakteri terhambat pada suhu 5° - 8°C Pada suhu kulkas


F.       KESIMPULAN
-       Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum ini maka dapat disimpulkan bahwa pada suhu rendah pertumbuhan bakteri tidak dapat berkembang, sedangkan pada suhu kamar pertumbuhannya sangat pesat jadi peran lingkungan juga mempengaruhi pertimbuhan bakteri.




                                      



V. MORFOLOGI dan SITOLOGI BINTIL AKAR

A.      TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi dan sitologi bintil akar.
B.       TINJAUAN PUSTAKA
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) secara ekonomi merupakan tanaman kacang-kacangan yang menduduki urutan kedua setelah kedelai, sehingga berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar dalam negeri yang cukup besar. Biji kacang tanah dapat digunakan langsung untuk pangan dalam bentuk sayur, digoreng atau direbus, dan sebagai bahan baku industri seperti keju, sabun dan minyak, serta brangkasannya untuk pakan ternak dan pupuk (Marzuki, 2007).
Hasil tanaman kacang tanah di Indonesia tergolong rendah, karena masih berada di bawah potensi produksi.  Hasil kacang tanah lokal baru mencapai 1,45  ha, lebih rendah dibanding dengan potensi hasil varietas unggul seperti; varietas Panter dan Singa yang dapat mencapai hasil 4,5 t ha(Adisarwanto, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa hasil tanaman kacang tanah masih dapat ditingkatkan, walaupun saat ini tersedia beberapa varietas unggul namun belum banyak diketahui oleh petani, dan petani lebih mudah memasarkan varietas lokal yang mempunyai bentuk biji dan polong yang disukai oleh konsumen serta mempunyai keunggulan spesifik lainnya seperti ketahanan terhadap penyakit layu (Adisarwanto, 2000). Sumarno dkk. (1989) menyatakan bahwa 66 % kacang tanah di Indonesia ditanam di lahan kering dengan rentang hasil antara 0,5 hingga 1,5 t ha.
Nugrahaeni dan Kasno (1992) juga menyatakanbahwa kacang tanah sebagian besar 66 % dihasilkan di lahan kering dan sisanya 34% dihasilkan di lahan basah. Hasil kacang tanah di lahan kering masih jauh lebih rendah, hanya 2 t ha dibandingkan dengan hasil kacang tanah di lahan basah yang dapat mencapai 4,5 t ha (BPPP, 1999). Produktivitas lahan dan produksi tanaman di lahan kering masih rendah karena sebagian besar lahan kering mempunyai tingkat kesuburan rendah dan sumber air terbatas hanya tergantung pada curah hujan yang distribusinya tidak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman (Andrianto dan Indarto, 2004).
Hasil tanaman ditentukan oleh ketersediaan unsur hara baik unsur hara makro seperti; C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S serta unsur hara mikro seperti;   Fe, Zn, Co, Mn, Mo, Bo, dan Cl (Gardner,  dkk. 1991).  Cekaman kekeringan menjadi kendala produksi tanaman kacang tanah yang kebanyakan ditanam di lahan kering. Cekaman kekeringan juga menyebabkan tanaman memperlihatkan gejala defisiensi hara karena penyerapan hara terhambat.
Cekaman kekeringan merupakan kendala bagi peningkatan produksi tanaman di lahan kering. Pertumbuhan tanaman dapat terhambat bila unsur hara kurang tersedia. BOA (2008) melaporkan bahwa penggunaan bahan organik tidak hanya menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman, tetapi juga menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan memperbaiki aerasi, mempermudah penetrasi akar dan memperbaiki kapasitas menahan air. Munip  dkk. (1999) juga menyatakan bahwa kekurangan air selama fase-fase pertumbuhan kacang tanah pada stadia pembentukan hingga pengisian polong dapat menyebabkan penurunan 3 hasil yang cukup besar. Salah satu strategi mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan pupuk kascing dan bio-urin sapi.Di Kabupaten Klungkung, Kecamatan Dawan, Desa Pesinggahan, Dusun Sukahati yang dikenal dengan daerah Bukit Tengah dengan ketinggian ± 200 m di atas permukaan laut (dpl.) memiliki tingkat kesuburan lahan rendah dan merupakan faktor pembatas utama dalam proses produksi kacang tanah. Kacang tanah yang dikembangkan disamping hasil berupa biji juga brangkasannya digunakan sebagai makanan ternak karena sebagian besar petani disana memelihara ternak sapi. Brangkasan diberikan ada yang dalam keadaan masih segar, dan sisanya dikeringkan kemudian disimpan untuk cadangan makanan ternak dimusim kemarau (hasil wawancara).
Rendahnya kesuburan lahan tidak diimbangi dengan pemupukan yang optimum oleh petani. Petani umumnya memupuk tanaman kacang tanah menggunakan urea saja dalam dosis yang tidak tepat dan menggunakan kotoran sapi kemudian disebar seadanya pada saat pengolahan tanah,  tanpa adanya upaya fermentasi kotoran sapi sebelumnya sedangkan urin sapi belum dimanfaatkan.
 Marzuki, (2007) menyatakan bahwa kacang tanah termasuk tanaman leguminosae  yang mampu mengikat nitrogen dari udara. Kemampuannya mengikat nitrogen baru dimiliki pada umur 15-20 hari setelah tanam. Pupuk nitrogen tetap diperlukan dengan dosis 15-20 kg N hapada awal pertumbuhan. Jadi keperluan bio-urin untuk mencapai 20 N haadalah ± 5500 liter karena dari hasil analisis bio-urin menunjukkan kandungan N adalah 0,36 %. Potensi urin ternak sapi jantan dengan berat  + 300 kg rata-rata menghasilka 8 liter  – 12 liter urin hari, sedangkan sapi induk dengan berat  + 250 kg menghasilkan 7,5 liter – 9 liter urin hari, sehingga per bulan satu ekor sapi jantan dengan berat + 300 kg akan menghasilkan 240 liter – 360 liter urin dan satu ekor sapi induk dengan berat  + 250 kg menghasilkan 225 liter  – 270 liter urin  (Adijaya,  dkk. 2008) sedangkan Parwati,  dkk. (2008) menyatakan seekor sapi jantan dengan berat di atas 300 kg di daerah Kintamani  rata-rata menghasilkan urin 19,7 liter hari. Oleh karena itu kebutuhan bio-urin sapi 5.500 liter dapat dipenuhi dengan memelihara ± 2 ekor sapi selama setahun.Menambah ketersediaan unsur hara dengan menggunakan pupuk  kascing dapat mengatasi pengaruh kekurangan  hara pada tanaman.
Pupuk kascing merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki kelebihan dari pupuk organik lainnya karena  pupuk kascing mempunyai  C/N rasio rendah.  Pupuk kascing berperan dalam menambah unsur hara dan mempercepat ketersediaan unsur harabagi tanaman.  Pupuk kascing dapat memperbaiki aerasi dan mengurangi kepadatan tanah serta menambah bahan organik tanah (BOA, 2008).Pupuk kandang dihasilkan oleh ternak. Selain menghasilkan pupuk kandang padat ternak juga menghasilkan urin yang dapat dijadikan pupuk bagi tanaman.  Informasi tentang pemanfaatan urin ternak seperti halnya urin sapi sebagai pupuk masih sangat terbatas, oleh karena itu penelitian tentang aspek tersebut perlu dilakukan pada tanaman kacang tanah yang merupakan tanaman yang banyak dikembangkan di daerah ini.

C.      ALAT DAN BAHAN
            ALAT                 : pisau / silet yang tajam
            BAHAN : tanaman kacang tanah         

D.      CARA KERJA :
1.      Mengamati letajk/cara terikatnya bentuk dan ukuran bintil akar dari tanaman kacang tanah yang diamati.
2.      Membuat gambar dan macam-macam kacang tanah.
3.      Membuat irisan melintang bintil akar beserta tempat ikatan bintil akar dengan akarnya memakai silet.
4.      Mengamati dibawah mikroskop setelah diberi setetes air dan dituytup dengan kaca penutup.
E.       Hasil pengamatan :
Gambar bintil akar dengan (mikroskop)
Secara mikroskopis
 











Perbesaran 10x10/0,25
KETERANGAN


Secara fisual
 





                                                         



Perbesaran 10X10/0,25
KETERANGAN




F.       PEMBAHASAN
a.       Dari hasil pengamatan diketahui bahwa letak atau terikatnya bintil akar adalah pada akar dan membentuk bulatan-bulatan kecil yang melekat pada akar kacang tanah.
b.      Setelah dilakukan pengamatan dengan mikroskop, terbentuk preparat gambar Rhizobium menempel pada jaringan bintil akar kacang tanah

G.      KESIMPULAN
a.       Bintil akar bentuknya seperti bulatan-bulatan kecil yang melekat pada akar kacang tanah.
b.      Rhizobium terdapat  pada jaringan bintil akar kacang tanah.























DAFTAR PUSTAKA



Anonim,2012. Farmakope Indonesia Ed.IV.Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Ariandi, 2010, Lap. 1 Mikrobiologi Pengenalan Alat Lab, http//www.scribd.com/doc/27603070 Lap-1Mikrobiologi-Pengenalan-Alat-Lab/, 20 Maret 2012.

Dwijoseputro, d. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia

Sutedjo.1991. Mikrobiologi Umum Pewarnaan Gram. http //pewarnaan bakteri\Mikroum…Pewarnaan Gram « RIZQI FAJRIANA BLOG’S.htm/. 11 November 2010.

Lay,1994.  Pengamatan Bentuk Bakteri.http://pebrinmanurung.blogspot.com/2010/10/pengamatan-bentuk-bakteri.html. 11 November 2010.

Waluyo, L.2005. Mikrobiologi Umum.cet. kedua. UMM Press. Malang.

Djide, 2006. Bahan- bahan Mikroorganisme. ITB. Bogor raya.

Pelczar, M.J dan E.C.S Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI – Press. Jakarta.


                                                                                                  
F Link